Terapi Wicara Pada Anak Penderita Gangguan Pendengaran

Terkadang kurangnya kesadaran orangtua terhadap masalah pendengaran yang dialami oleh sang buah hati mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang anak dalam hal berbicara ataupun menangkap seusatu yang baru dikenalnya. Sebagian besar orangtua sering terlambat menyadari bahwa adanya gangguan pendengaran yang dialami oleh anak dan balita. Dalam kasus tersebut maka perlu adanya tindakan yang diberikan kepada sang buah hati yang mengalami gangguan organ bicara, gangguan bahasa, gangguan pengucapan konsonan pada kata, gangguan suara, gangguan irama kelancaran bicara, dan gangguan menelan yang biasa disebut dengan terapi wicara.

Dalam hal ini spesialis terapi wicara RS PKU Muhammadiyah Surakarta, Noor Zakiah Darojat, A.Md.TW  menjelaskan, bahwa seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran sering mengalami beberapa masalah lain di luar gangguan pendengaran yang di alaminya antara  lain masalah dalam pemahaman, masalah dalam pengucapan, masalah dalam emosi, masalah dalam bidang pendidikan, masalah dalam kognitif, masalah dalam bidang sosial, dan masalah dalam memperoleh pekerjaan. Maka dari itu, terapi wicara diperlukan untuk melatih seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran agar mengurangi resiko yang ditimbulkan dari gangguan tersebut.

Noor Zakiah juga menambahkan bahwa ada beberapa latihan terapi wicara yang dapat dilakukan kepada anak yang menderita gangguan pendengaran. Yang pertama latihan organ bicara, latihan ini mencangkup latihan penguatan otot-otot bibir seperti memonyongkan kedua bibir ke depan secara bersamaan dan ditahan, menarik kedua sudut mulut kanan dan kiri bersamaan dan ditahan, memoyongkan kedua bibir kedepan dan menarik kedua sudut mulut kesamping secara bergantian dalam waktu 5 detik, memproduksi vocal “u” dan vocal “e” bergantian selama 15 detik, dan meniup lilin dengan jarak yang digradasi. Sedangkan untuk latihan  penguatan otot rahang diantaranya seperti  membuka mulut lebar dan ditutup bergantian selama 5 detik, menggerakan rahang bawah ke kiri dan ke kanan lalu ditahan selama 5 detik, dan membuka mulut selebar 2 jari dan ditahan. Hal yang terakhir dalam latihan organ bicara yaitu latihan penguatan otot lidah. Penguatan otot lidah ini sendiri dapat dilakukan dengan cara membuka mulut lebar-lebar, julurkan lidah ke bawah di depan bibir bawah dan ditahan, gerakkan lidah keluar masuk selama 5 detik, gerakkan lidah kesudut mulut kiri dan kanan sambil menekan dan ditahan.

Untuk latihan yang kedua yaitu latihan mendengar, latihan ini terdiri dari bagaimana mengenal berbagai macam suara seperti nada tinggi – rendah, suara binatang, merespon suara, dan mengidentifikasi suara. Latihan yang ketiga yaitu latihan bahasa, latihan ini terdiri dari latihan meningkankatkan pemahaman lisan seperti mengenal dan memahami namanya sendiri serta bagian anggota tubuh, memahami kata perintah, dan memahami konsep letak. Latihan bahasa yang lain yaitu dengan cara latihan kemampuan lisan seperti, meniru suara yang bukan reflek, meniru suata binatang, mengucapkan nama seseorang, mengucap 2- 3 kata, dan bercerita. Latihan terapi wicara yang terakhir bagi anak yang menderita gangguan pendengaran yaitu latihan mengucapkan konsonan dengan benar, antara lain, melatih konsonan “p” pada posisi awal seperti pipi, papa, pintu, dll. Yang berikutnya melatih konsonan “p” pada posisi tengah seperti api, sapu, topi, dll. Untuk yang terkahir yaitu melatih konsonan “p” pada posisi akhir seperti asap, atap, dll.

Faktor keberhasilan dari beberapa latihan terapi wicara ini tergantung kondisi pada anak tersebut maupun kondisi lingkungan sekitar, seperti sang buah hati memakai alat bantu pendengaran atau koklea implant, IQ yang diatas rata-rata, kekooperatifan pada anak tersebut, dukungan keluarga, dan yang terakhir kemampuan terapis pada anak.

Sumber : http://pkusolo.wordpress.com/2013/04/11/terapi-wicara-pada-anak-penderita-gangguan-pendengaran/