Bicara anak usia 2,5 tahun tapi belum lancar, bagaimana kiatnya?

Pertanyaan

Anak saya perempuan berusia 2,5 tahun. Sebenarnya dia sudah bisa mengucapkan kata-kata sejak usia 1,5 tahun, tapi sampai sekarang dia belum terlalu lancar bicara, walaupun sudah bisa merangkai kata-kata dalam kalimat. Dia sulit sekali mengucapkan beberapa konsonan maupun suku kata, misalnya: bu menjadi du (ibu menjadi idu), bo menjadi do (bobo menjadi dodo), padahal dia bisa mengucap dengan jelas ba, bi dan be, kemudian konsonan k dan p selalu diucapkan t, misalnya kupu menjadi tutu, enak menjadi enat, tapi dia bisa mengucap ‘apa’, ‘papa’, ‘pipi’, juga banyak kata yang dia ucapkan jelas hanya vokalnya saja, misalnya mulut menjadi huhut, susu menjadi huhu, bahkan menyebut namanya sendiri ‘ara’ menjadi ‘aha’, besok menjadi hihut. Beberapa kata yang berakhiran konsonan seringkali dia ucapkan dengan seperti ada pantulan pada pangkal tenggorokannya (seperti qolqolah pada bacaan tajwid). Kira-kira apa yang terjadi pada anak saya ya? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Terima kasih

 (B, bin**********@gmail.com)

Jawaban

Dalam bahasa indonesia, ada perkembangan konsonan yang perlu diketahui pada semua posisi yaitu awalan-tengah-akhiran. Contohnya: \p\ awalan (pita) ; tengah (api) ; akhiran (asap).

Usia 2-3 tahun : p,m,h,n,w
Usia 2-4 tahun : b,k,g,d,t,ng
Usia 2,5 – 4 tahun: y
Usia 3-6 tahun : r dan l
Usia 3-8 tahun : s
Usia 3,5 – 7 tahun : c
Usia 4 – 7 tahun : j

Untuk kondisi yang dialami anak ibu yang masih berusia 2,5 tahun sebenarnya perkembangan konsonannya masih dalam tahap normal. Kata (ibu) menjadi (idu) artinya konsonan (b) pada posisi tengah menjadi (d). Ini masih bisa dikatakan normal karena konsonan (b) rentang perkembangan konsonannya usia 2,5 – 3 tahun. Jadi, apabila usia lebih dari 3 tahun konsonan (b) belum mampu diucapkan, baru bisa dikatakan mengalami gangguan artikulasi.

Begitu halnya dengan kata-kata yang lain. (Kupu-kupu) menjadi (tutu-tutu), konsonan p (2,5 – 3 tahun), konsonan k ( 2 – 4 tahun). (Mulut)->(huhut), konsonan m (2-3 tahun, konsonan l (3-6 tahun).

Saran kami sebagai terapis wicara adalah orang tua tetap aktif memberikan rangsangan terhadap anak seperti bermain bersama, bercerita, menamai gambar dan bernyanyi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak dan menambah kosa kata. Selain itu, latihan penguatan otot bicara seperti latihan menggigit makanan keras, mengunyah makanan keras, meniup, minum dengan sedotan panjang. Serta, orang tua dan lingkungan memberikan contoh bicara yang benar seperti “susu“ katakan “susubukan mengikuti ucapan anak yang berkata “cucu“.

Demikian penjelasan dari kami, semoga bermanfaat.

Terima kasih telah mengunjungi terapiswicara.com

Salam

Noor Zakiah Darojat