Koreksi diri pada orang tua juga perlu

Bismillahirrohmanirrohim…
Saya ingin berbagi sedikit cerita kepada sahabat sahabat yang insya Allah kelak menjadi perenungan sebagai orang tua ataupun calon orang tua.
Dalam bersosialisasi tentu kita memiliki banyak teman yang terkadang saling bertukar pikiran untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.
Teman saya sebut saja ibu A memiliki 3 orang anak. Di mana setiap anak memiliki karakter yang berbeda beda. Jenis kelamin pun juga berpengaruh terhadap karakter anak laki laki dan perempuan. Ibu A kemudian mengeluhkan berbagai kekurangan tentang anaknya. Namun, bagi saya itu masih sangat wajar. Maklum setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan.

Kemudian saya mulai tertarik dengan kisah anak yang kedua. Sebut saja Fulan yang berusia 8 tahun. Ibu A bercerita bahwa Fulan saat berumur 4 tahun tingkah lakunya paling menonjol sendiri. Saya pikir mungkin anaknya banyak kelebihan. Fulan tingkah lakunya sering membuat ibu A naik pitam/marah. Saya terkejut kemudian bertanya tanya tentang perilaku yang seperti apa kepada ibu A. Fulan anaknya bandel sekali, susah diatur dan keinginannya kuat. Berbeda dengan saudara yang lain, yang patuh dan mudah diatur. Sementara Fulan, di rumah sering membuat keributan. Apabila disuruh ibu A untuk belajar ataupun melakukan sesuatu selalu membantah. Fulan terkesan bandel dan nakal. Terkadang saat berbicara dengan teman sebaya, Fulan sering berbicara dengan kata-kata yang kotor dan tidak sopan.

Karena ibu A sangat malu dengan kelakuan yang dilakukan anaknya, ibu A sering marah kepada Fulan karena tingkahnya. Selama ini ibu A sudah merasa semaksimal mungkin dalam mendidik Fulan. Bahkan hampir sama dengan mendidik anak yang pertama maupun terakhir. Namun, kenapa anaknya yang kedua justru seperti itu. Kemudian ibu A mulai melakukan berbagai usaha untuk mengurangi perilaku anaknya yang bandel itu. Sudah mencoba berbagai cara. Namun hasilnya masih belum terlihat.

Ibu A selalu mendoakan Fulan supaya perilakunya berubah. Setiap hari setiap habis sholat ibu A tidak pernah lelah mendoakan anaknya. Sampai pada suatu hari, ibu A mengoreksi diri sendiri. Selama ini, seperti apakah dalam mendidik anaknya. Kemudian ibu A, mulai merubah sikapnya saat menghadapi perilaku Fulan. Biasanya ibu A selalu marah apabila Fulan melakukan kesalahan, di sekolah maupun di rumah. Dan jarang sekali mendengarkan penjelasan dari Fulan kenapa bisa berbuat kesalahan. Dan ibu A merubah sikapnya dengan lebih sering mendengarkan penjelasan dan keinginan anaknya. Ibu A tidak langsung menegur apabila Fulan berbuat nakal tapi mendengarkan dulu apa yang ingin Fulan sampaikan. Setelah Fulan selesai berbicara, barulah ibu menanggapinya tanpa marah dan menasehatinya dengan lembut. Dan benar saja, selang beberapa bulan perilaku Fulan mulai bisa dikendalikan. Fulan lebih mudah diatur dibandingkan dulu yang ibu A lebih banyak marah daripada mendengarkan. Ibu A sangat senang sekali karena Fulan perilakunya jauh lebih baik meskipun butuh waktu lama dan memang harus konsisten. Ibu A menyadari bahwa ketika banyak mendengarkan Fulan, Fulan merasa diperhatikan dan disayangi oleh orang tuanya. Karena itulah, Fulan sedikit demi sedikit mulai bisa diatur oleh ibu A. Yang tadinya sering bicara kotor, sekarang sudah berkurang sekali. Yang tadinya susah disuruh belajar, minta belajar sendiri. Tentunya tidak hanya mendengarkan Fulan saja, tentu masih ada usaha lain dari ibu A.

Pelajaran yang bisa kita ambil, yang pertama adalah anak anak itu titipan Allah yang harus kita syukuri dan harus kita didik sebaik mungkin. Kedua ibu adalah madrasah pertama bagi anak anaknya yang akan membentuk karakter anaknya. Ketiga anak-anak termasuk ujian untuk orang tua, sehingga sepatutnya kita sebagai orang tua selain mendidik tentu juga harus mendoakannya setiap waktu. Dan yang terakhir adalah ketika mendapati anak kita yang cenderung bandel atau nakal, jangan langsung menyalahkan anak. Dengan memarahinya, menghinanya dan bahkan memukulnya ketika anak berbuat kesahan. Tapi, koreksi diri kita dulu, sudah benarkah sikap kita kepada anak? Bisa saja Fulan tadi bersikap seperti itu karena ingin diperhatikan ibunya, ingin didengarkan keinginannya. Namun, terkadang orangtua salah dalam mengambil sikap. Setiap anak berbeda karakter dan berbeda dalam cara mendidik. Semoga kita tidak lelah dalam mendidik anak dan selalu menambah ilmu agar setiap masalah dapat diselesaikan.

Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.