37 Kebiasaan Orang Tua Yang Menghasilkan Perilaku Buruk Pada Anak : Bagian Kelima

Kebiasaan 31 :

Menghukum anak saat kita marah

Seringkali bila anak kita berbuat salah, kita menjadi marah dan selalu memberikan sanksi atau hukuman, apalagi ketika emosi kita sedang memuncak. Sanksi atau hukuman yang kita berikan kebanyakan berupa hukuman secara fisik.

Apa akibatnya?

Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata-kata maupun hukuman akan cenderung untuk menyakiti dan tidak menjadikan anak kita lebih baik, sehingga akan berakibat fatal, yaitu kita telah melukai hati anak kita dan anak seringkali tidak bisa melupakannya. Selain itu anak juga bisa mendendam pada orang tuanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Bila dalam keadaan marah, segeralah menjauh dari anak, seperti masuk kamar atau mandi dengan air yang sejuk. Jika kita bertekad akan memberikan sangsi/hukuman, tundalah sampai emosi kita mereda. Stelah itu pilih dan susunlah bentuk sangsi/hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuatnya. Pilihlah bentuk sangsi/hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, dsb. Harap diingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan untuk menyakiti.

Kebiasaan 32 :

Mengejek

Ada orang tua yang suka memeloroti celana anknya untuk jadi bahan tertawaan atau seorang anak yang sedang menyanyi dan kita mengejeknya, “Cie…cie…mirip Ariel nich ye”.

Apa akibatnya?

Orang tua yang biasa menggoda anaknya sering kali secara tidak sadar telah membuat anaknya kesal. Dan ketika anak memohon kepada kita untuk tidak menggodanya, kita malah semakin senang telah berhasil membuatnya kesal atau malu, sehingga hal ini akan membangun ketidak sukaan anak kepada kita akhirnya anak tidak menghargai kita lagi, karena ia menganggap kita juga seperti teman-temannya yang suka menggodanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jika kita ingin bercanda dengan anak, pilihlah materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau merendahkan dirinya. Jagalah batas-batas dan hindari bercanda yang membuat anak kita kesal atau malu. Bila sedang bercanda, ekspresi anak kita kesal dan meminta kita segera menghentikannya, segera hentikan dan jika perlu meminta maaflah atas kejadian yang baru terjadi. Katakanlah kita tidak bermaksud merendahkannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Kebiasaan 33 :

Menyindir

Beberapa orang tua terkadang tidak dapat menyampaikan hal-hal yang diinginkannya dengan baik dan jelas ke pada anak, karene tidak tahu caranya. Karena sudah mencapai batas kesabarannya, terkadang orang tua mengungkapkan kemarahannya dengan kata-kata singkat yang pedas dengan maksud menyindir seperti, “Tumben hari gini sudah pulang” atau ”sering-sering aja pulang malem!”.

Apa akibatnya?

Kebiasaan ini akan membuat anak semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak dengan kita. Kita telah menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin berkomunikasi dengan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Tak ada seorang pun yang berubah menjadi baik karena sindiran. Katakanlah secara langsung apa yang kita inginkan dengan kalimat yang tidak menyakiti hatinya. Katakan saja, “Sayang, Papa/mama khawatir akan keselamatan kamu kalo kamu pulang terlalu malam.”

Kebiasaan 34 :

Memberikan julukan yang buruk

Kita dengan begitu mudahnya sering memberikan julukan yang buruk, seperti si gendut, si lemot, si cengeng, biang kerok, dsb.

Apa akibatnya?

Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak akan mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri/minder, kebencian dan perlawanan. Adakalanya anak ingin membuktikan kehebatan julukan tersebut pada orang tuanya. Misal, anak yang diberi julukan biang kerok, ia akan berpikir bahwa apa yang diperbuatnya tidaklah keliru, karena memang dia adalah biang kerok.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Gantilah segera julukan yang buruk dengan yang baik, seperti anak baik, anak hebat, anak bijaksana atau panggil dia dengan nama panggilan yang disukainya saja. Cobalah tanya pada anak kita, panggilan apa yang disukainya. Anak pasti akan lebih menyukai kita.

Kebiasaan 35 :

Mengumpan anak yang rewel

Kita sering mengalihkan perhatian anak kepada hal/barang lain pada saat anak kita marah, merengek, menangis atau meminta sesuatu dengan memaksa. Contohnya, “Tuh lihat tuh ada kakak pake baju warna apa tuh…?” atau “Lihat ini lihat, gambar apa ya lucu banget?”.

Apa akibatnya?

Pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkan, ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Ia tidak ingin dialihkan ke hal lain jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesainnya. Semakin kita berusaha mengalihkannya, semakin marah anak kita.

Apa yang sebaiknya dilakukan?

Selesaikan apa yang diinginkan anak kita dengan membicarakanya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan, seperti, “Papa/mama belum bisa membelikan mainan itu sekarang. Jika kamu mau harus menabung dulu. Nanti papa/mama ajari kamu cara menabung. Bila kamu terus merengek, kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang”. Jika anak tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja belum selesai. Untuk urusan belanja, kita masih bisa menundanya, tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.

Kebiasaan 36 :

Televisi sebagai agen pendidik anak

Menurut penelitian, sebagian besar perilaku buruk ditiru anak dari media visual dan sebagian lagi dari media cetak dan lingkungan. Jika kita membiarkan anak kita berlama-lama menonton TV, maka kita telah menyerahkan anak kita untuk dididik oleh ibu kedua.

Apa akibatnya?

Perilaku anak terbentuk karena 4 hal, yaitu :

  1. Terbentuk berdasarkan Siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya : kita atau TV?
  2. Terbentuk oleh siapa yang lebih dia percaya, apakah pada kata-kata kita atau ketepatan waktu program-program TV?
  3. Terbentuk oleh siapa yang menyampaikan lebih menyenangkan, Apakah kita atau program-program TV?
  4. Terbentuk oleh siapa yang lebih sering menemaninya, kita atau program-program TV yang sangat setia menemani anak kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

  1. Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tsb diatas.
  2. Ganti kegiatan menonton TV anak dengan kegiatan di rumah atau diluar rumah yang padat bagi anak-anak.
  3. Gantilah program TV di rumah dengan film-film pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang mulai dari film kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.

Kebiasaan 37 :

Mengajari anak untuk membalas

Bila anak kita dipukul oleh anak lain, sering kita menjadi tidak sabar dan memprovokasi anak untuk membalas dengan tindakan yang sama seperti anak lain itu. Alasan yang sering kita utarakan adalah supaya ada keadilan, masing-masing merasakan sakit.

Apa akibatnya?

Kita telah mendidik anak kita sendiri untuk mendendam dengan selalu membalas segala bentuk pukulan atau tindakan menyakiti lain yang diterimanya. Anak akan teringat terus hal-hal yang diajarkan oleh kita tentang konsep membalas itu. Jangan kaget bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Lebih baik kita mengajarkan anak untuk menghindari teman-temannya yang suka menyakiti. Lalu sampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya dan ajak orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio maupun media lainnya.

(Sumber : Buku : “37 kebiasaan orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak”; Mengapa Anak saya suka melawan dan susah diatur?; oleh Ayah Edy)